Wanita itu selalu cantik, setiap hari.
Aku pasti selalu berangkat kerja lebih subuh, untuk menatapnya berjalan dari pemberhentian bis sampai ke kantornya. Memerhatikan setiap lenggak-lenggok tubuhnya.
Ah, entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Mungkin sejak aku berpapasan dengannya di halte, atau mungkin ketika kakinya menginjak kakiku dengan tidak disengaja. Atau kemungkinan lain kita sering berada di satu bis menuju kantor. Entahlah, aku tidak bisa mengira-ngira sekarang.
Kali ini dia memakai rok pendek tetapi bukan mini, dan atasan yang sedikit longgar. Rambutnya disisir rapi, dan ada sebuah ikatan di belakang. Cantik sekali.
Aduh, sejak kapan aku jadi begini, memerhatikan pakaian sebegitu detilnya. Aku hanya bisa memandangnya dari jauh, seperti biasanya.
Tapi, hari ini bukanlah hari kerja, dan ini bukanlah kantornya. Apa yang dia perbuat disini? Di tempat yang sama dengan ku? Di sebuah cafe? Pada hari libur? Aku tidak bisa mengira-ngira. Oh tidak, dia akan kencan. Di depan mataku. Menyedihkan sekali aku.
Ku tarik nafas dalam-dalam. Aku harus siap menghadapi apa pun yang terjadi. Aku pria jantan yang bisa menghadapi apa pun, kutekankan di dadaku.
Ku lihat dia menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan mencari seseorang atau sesuatu. Entah, aku tak tahu pasti.
Akhirnya ia memberanikan diri bertanya kepada seorang waiter dan sang waiter menunjuk ke arahku. Tidak salah?! Helloooo!
Tidak mungkin!
Jantungku berdebar-debar rasanya. Dia melihat ke arahku, melihatku. Dan tersenyum. Aih, manisnya senyuman itu.
Dia berjalan dengan mantapnya ke arahku. Oh tidak! Aku ingin lari saja.
Tapi kakiku tidak dapat bergerak. Mataku malah menatap ke arahnya. Mengawai setiap gerak-geriknya.
Tidak, tidak, jangan buat aku memarahi diriku sendir karena bertindak tidak sopan pada seorang wanita cantik.
Ia sudah di depanku. Aku beneran ingin pingsan saja, tapi bibirku malah tersenyum. Sial!
"Halo, Nama kamu siapa?" Dia berbicara denganku, senangnya hatiku.
"Apa kamu Tom, atau Thomas?" Ya ampun, keajaiban apa ini. She knows my name. Dia tahu namaku. Betapa beruntungnya aku.
"Saya Re, atau Renata mungkin?" Ku ingat temanku pernah berkata ingin mengenalkan temannya padaku, ya dia menyebut nama Re di dalam kata-katanya.
"Oh ya, tentu saja." Akhirnya dengan gagah, aku mempersilahkan dia duduk, tepat di depanku. Hatiku bergembira. Ingin rasanya aku melompat-lompat kegirangan saat itu juga. Wanita yang sudah sejak lama kutaksir, akhirnya datang sendiri kepadaku.
"Temanmu yang memintaku datang. Tapi aku hanya bisa sebentar, suamiku akan datang menjemputku setengah jam lagi.." ujarnya kemudian.
"Apa?!?!?!"
--
12-01-2012
#15HariNgeblogFF #1
385 kata
Tulisan FF #1
Huaaaa..
ReplyDeletePadahal, di awal udah manis banget. Kejut!
hihihi.
ReplyDeletekejutan!