Ririn's Page

Wednesday, May 25, 2011

menjaga hati

aku belajar untuk menjaga hatiku,
tidak memberikan hak akses seratus persen padamu.
 
karena aku takut aku jatuh
terjerembap tanpa ku sadari.

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Tuesday, May 10, 2011

rapuh

Rapuh ..

Bagaikan pohon yang kering kekurangan air
demikian diri ini tanpa ada kamu di sisi

dirimu bagaikan air dalam hidupku
yang membuat hidupku menjadi penuh arti

--Ridwan


Monday, May 9, 2011

dekapan terakhir

"Aku minta maaf, La" kata lelaki itu tanpa memandang ke arahku. Wanita macam apa aku ini, hingga ia tak sudi memandangku? Aku mendengus.
"Aku memang salah, aku tahu.."
Ingin aku berlalu dari tempat itu, tapi hatiku menolak, ada sesuatu yang ingin kuketahui dari lelaki yang tak tahu malu ini.
"Aku pengecut, aku bodoh, aku biadab.." ujarnya lagi, masih menunduk.
"Lalu, apa yang kamu inginkan dariku? Tidak cukupkah mempermainkan hatiku yang tidak seberapa ini?" tanya ku ketus.
"Iya, pukul saja aku, maki aku sesukamu, aku pantas menerima itu" ucapnya, memegang kedua tanganku dan membenturkannya di dadanya.
Aku lemah, ingin aku menghujamnya dengan kata-kata terkejam yang bisa ku rangkai, ingin aku memukulnya, menendangnya sekuat yang aku bisa.
Tapi tidak. Ia telah mengaduk-aduk hatiku selama sebulan ini. Membuatku bahagia, merasa dicintai, tersanjung, tertawa, kangen, semua perasaan itu sudah berlalu-lalang di hatiku. Karena dia, karena lelaki pengecut ini.
"Aku membuatmu menjadi pelampiasan perasaanku, tapi aku tahu aku tidak bisa melupakannya .." ungkapnya jujur. Mengapa ia jadi lesu lunglai begini?
Menyedihkan melihatnya hancur karena wanita lain. Mengapa bukan aku yang dicintainya? Kebersamaan yang kami lalui selama sebulan ini tidak dapat menghilangkan bayangan wanita itu dari pikirannya?
"Maafkan aku, kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Aku tak bisa menyakitimu lagi, lebih lama lagi. Aku .." kata-katanya mengambang di udara, telunjuknya dengan lincah merayap ke pipiku, mengucapnya lembut.
"Jangan menangis, La. Aku tak pantas di tangisi, La."
Ingin aku mengatakan aku tak menangisi dirinya, tapi menyesali kebodohanku memercayainya sepenuh hati, memberikan apa yang kupunya untuk dia , yang tersakiti. Sakit. Perih.
Tak ada isakan. Hanya air yang mengalir tanda diperintah.
Aku hanya diam, menggerakkan bibir pun aku tak sanggup lagi.
Ia merengkuhku, merangkul dalam pelukan hangatnya.
Inilah saatnya. Perpisahan itu begitu sakit. Ngilu.
Dekapan perpisahan. Terakhir. Dan ia pun berlalu. Menginggalkan aku yang sendu dalam pilu.
--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•