Ririn's Page

Wednesday, November 30, 2011

Jika jodoh tak lari kemana #GoodbyeNovember

November 2010

"Dia menembakku.." ucapku padanya perlahan.
Aku melirik lelaki yang ada di depanku. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam benaknya, aku tak berani berkutik. Ia sosok lelaki yang baik, yang menjadi temanku paling akrab. Walau ia terkenal bukan anak yang baik, tapi ia selalu baik padaku. Mengantarkan aku pulang kuliah. Selalu. Jika aku ingin pulang duluan, ia tak akan mengijinkanku, walau ia masih memiliki keperluan di kampus. Ia akan mengantarkan ku pulang terlebih dahulu, lalu kembali ke kampus. Aku tahu itu.
"Lalu, apa jawabmu?" tanyanya tanpa menoleh ke arahku. Tak biasanya, ia tidak menatap mataku.
"Aku .. belum."
"Belum apa?" terdengar rasa penasaran di nada bicaranya.
"Aku belum menjawabnya."
"Kapan?"
"Tadi malam."
"Maksudku, kapan kamu akan memberi jawab kepadanya .."
"Malam ini."
Seketika keheningan menyelimuti kami. Bahkan untuk berkutik pun aku tak mampu. "Aku bingung.." ucapku akhirnya memecah keheningan seribu bahasa.
Kali ini, aku merasakan tatapannya menghujam ke dalam bola mataku, tapi aku tak berani balas menatapnya.
"Kenapa? Apa yang membuatmu bingung?" ucapnya penuh tanda tanya.
"Aku hanya .. " pikiranku menerawang di angkasa, aku tak tahu jawaban apa yang pantas untuk aku katakan, "aku tak tahu bagaimana perasaanku .."
"Dia orang yang baik. Mengapa kamu takut? Aku yakin dia akan menjaga mu dengan baik." ucapnya penuh dengan keraguan, atau kebohongan? Aku tahu ada yang lain di dalam kata-katanya. Tapi aku tak punya gambaran sama sekali.
"Entahlah, aku tak tahu. Bagaimana menurutmu?"
"Menurutku? Kenapa bertanya padaku?"
"Entahlah, aku pikir kamu dapat membantuku menentukan pilihan."
Aku masih tertunduk. Bimbang. Lelaki itu bukanlah lelaki yang buruk, hanya aku lebih menyukai lelaki lain.
"Terima saja.." ku dengar suaranya dengan jelas. Aku terperangah. Jawaban apa sebenarnya yang kuiginkan dari lelaki ini? Aku sama sekali tak tahu apa aku harus senang dengan jawabannya atau malah sedih?
Aku terdiam. Tak mampu mengiyakan, atau pun menolaknya.
"Kenapa diam?"
"Jadi, itu yang kamu katakan? Aku menerimanya?" tanyaku pelan, seolah bicara pada semilir angin.
"Ya, aku tahu ia tidak main-main denganmu," ku dengar suaranya yang ia mantapkan.
"Well, kalau begitu, aku akan bilang begitu," ujarku, walau hatiku berkata lain.
"Bagus!" Senyumnya terlihat palsu di mataku.
Ah, aku benci situasi ini, kenapa aku ga bisa berterus terang padanya? Mengapa dunia ini begitu tidak adil, ketika subjeknya adalah seorang perempuan?

"Kamu mau ku antar pulang, atau kamu masih disini?" tanyanya membuyarkan anganku.
"Eh?" aku bingung dengan pertanyaannya.
"Aku mau pulang, mama tadi bilang aku harus pulang cepat," ujarnya. Tatapan matanya jauh, ke arah matahari yang hampir tenggelam disana.
"Ya, aku pulang aja."
Sejurus kemudian, aku sudah berada di kamarku sendiri. Memikirkan semuanya sendiri.

Mengapa ada yang berbeda dari sikapnya? Tiba-tiba saja ia mengantarku pulang, dan pamit dengan dingin tadi? Well, there's something wrong.


**

Sudah lewat seminggu, tapi Michael tak menghubungiku. Kemana dia? Aku sudah menghubunginya, tapi tidak pernah ada kabar lebih lanjut. Aku kehilangan. Sungguh. Kehampaan ini begitu menyesakkan, menggangguku.

 ****

November 2012

Sebuah pesan singkat mengganggu tidurku, dari nomor tidak dikenal. Dengan setengah terpejam, aku membacanya.
Halo Dian.. Ini aku Michael.

Deg! Jantungku seperti hendak terbang, keluar dari sarangnya. Sumber rinduku ada di suatu tempat yang aku tidak tahu dimana, tapi aku tahu dia sedang memikirkanku, atau membutuhkanku.

Segera, aku menekan tanda panggil.
"Halo.." kata suara di seberang sana.
"Michael.." kataku, rinduku memuncak, meledak, hingga tak terasa sebuah tetesan ada di ujung pelupuk mataku.
Jangan kata aku lebay, tapi ini jujur dari dasar hatiku. Bagaimana kamu tiba-tiba kehilangan seseorang dan tiba-tiba menemukannya jauh hari setelah itu.

**

"Apa kabarmu?" perkataan yang sangat basa basi terucap dari mulutnya.
"Baik. Kamu?" aku juga terikut basi olehmu.
"Baik juga."
Lalu, kamu diam. Aku juga terdiam.

Dua menit berlalu.
Aku mengalihkan perhatianku pada gelas di depanku.

Enam menit berlalu.
Aku sibuk dengan balok-balok es di dalamnya.

"Hemm, bagaimana dengan pacarmu?" katanya, dengan keberanian yang mungkin sudah ia kumpulkan sejak sekian menit yang tadi, enam menit kurasa.
"Pacar yang mana?" aku mengangkat alisku, tidak mengerti ke arah mana pembicaraan ini.
"Emm, Josua. Bukankah dia pacarmu?"
"What?? Sejak kapan aku jadian dengan Josua?" aku mengembalikan pertanyaannya.
"Jadi, kamu ga jadian dengannya?" dia terperangah.

Aku mengerti sekarang. Well, ternyata bukan aku saja yang merasa sial waktu itu.

Lalu, tiba-tiba ia tertunduk malu. Well, I don't know what to do next.



--
Jakarta, 30 November 2011


http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, November 24, 2011

JEYSCAR Zone!

Kawanan ini memang gila. Kerjaannya ga ada yang jelas. Ada yang megang gitar di pojokan dengan gaya sedang patah hati. Ada yang berdiri di ujung tembok seolah-olah ingin bunuh diri. Ada yang ketawa-ketiwi di depan pintu. Hey, lihat ada yang sedang bengong menatap hijau sawah di kejauhan.
Beneran aneh bin ajaib mereka semua ini.
Apa itu? Ada tulisan warning "JEYSCAR Zone!" di depan pintu. Siapakah mereka ini? Berbahayakah? Sungguh, saya tidak tahu bagaimana kelanjutan cerita ini. Jika anda penasaran, silakan ikuti lebih lanjut!
***
"Gimana nih, ujian uda di depan mata, tapi otakku sepertinya masih ingin tidur lebih lama," ujar Erick.
"Iya iya, aku pun tak sadar," ujar Renald menimpali, tercenung dengan gitar yang berada di tangannya.
"Santai aja cuy, toh semuanya akan terlewati," ujar Stephan berusaha memberikan solusi, yang semua orang juga tahu.
"Alaaagh, lu Step, asal ngomong aja," ledek Echi sambil ngelempar biji kacang pada Stephan.
"Kalau gitu, mari kita belajar bareng," usul Titin, yang sepertinya disetujui teman-temannya dalam hati masing-masing.
"Iya, kalau kita buat diskusi, mungkin lebih cepat menguasai materi ujian," kata Esther.
"Kapan kita mulai?" Echi tak mau ketinggalan.
"Minggu depan aja deh, masih ada waktu kan?"
"Jangan minggu depan, maunya minggu ini aja, biar waktu kita lebih panjang," sepertinya Esther sudah dikejar-kejar waktu.
"Kita tidak seharusnya seperti ini. Masakan kita belajar hanya untuk ujian? Itu sama sekali tidak benar. Seharusnya kita belajar untuk memperoleh ilmu, untuk masa depan," ujar Ririn antusias.
"Alaagh, kamu juga ngomong besar, Rin" kali ini Erick yang ngelempar kacang.
"Ya ya ya, bener juga sih kata Ririn," Sepertinya Stephan kena virus yang Ririn sebarkan.
"Ya ya ya, kamu mah sama aja ma Ririn. Banyak cerita!" yang lain terkekeh-kekeh melihat ketiga temannya yang saling bela-ejek.
"Baiklah, kapan kita mulai?" akhirnya Titin berbicara dengan nada serius untuk menyatukan pendapat teman-temannya. Kalau ada yang bicara dengan nada serius, so pasti teman yang lain berusaha ikut serius, walau terkadang ga berhasil.
"Hari Jumat aja, soalnya kan kita pulang cepet," usul Erick.
"Iya, Jumat aja," Echi setuju ama usul yang diajukan Erick.
"Kenapa ga hari Kamis aja? Toh kita semua ga ada acara khusus kan?"
"Kamis ya? Kayaknya aku g bisa deh," ujar Ririn.
"Kenapa? Emang mau kemana, Rin?"
"Soalnya .." ia diam, "aku pengen tidur siang, hahaha," ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak menyaksikan wajah-wajah temannya yang penasaran.
"Kurang asem." Lalu semua orang melempar kacang ke arah Ririn. Rasain tuh!
"Ya udah, cukup, cukup.." ucap Esther menengahi acara lempar2an kacang.
"Ya udah, hari Kamis ya, semuanya mesti datang, tepat waktu, ON TIME!" kata Esther menegaskan kata on time.
"Jam berapa bilangnya tadi?" Tanya Jos.
"Jam berapa?" kali ini Esther bingung, "Emang aku belum sebutin jam berapa yah?" ucapnya bernada bingung.
"Ya elaaah, sadar non sadar." Titin segera menyentuhkan jari-jarinya ke dahi Esther.
"Ya ampun, panas banget nih, pantes uda g sadar lagi."
Semua teman-teman tertawa keasyikan melihat kepolosan teman mereka.
"Hehehe, maap .. maap, jadi jam berapa kita ngumpul?"
"Langsung aja habis pulang sekolah, ga usah pulang ke rumah dulu, ntar jadi pada telat semua," ujar Erick.
"Jangan dong, ntar aku kena marah ama Nyokap. Kalian kan tahu, Bonyok tuh g suka kalau anak-anaknya keluyuran sehabis sekolah, tapi masih pakai seragam sekolah,"  ujar Ririn yang mendapat anggukan dari teman-temannya.
"Gini aja, Ririn permisi ma Bonyok kalo mau ikut belajar bareng ma kita-kita, trus Ririn bawa aja baju ganti dari rumah. Gimana?" Renald berkata dengan sangat hati-hati, takut Ririn tersinggung.
"Mmmmh," terlihat Ririn sedang menimbang-nimbang, "Iya deh, dicoba. Tapi kalau seandainya ga dikasih ijin, terpaksa deh Ririn datangnya telat. Ga papa kan?" ujarnya sembari memandang berkeliling ke wajah teman-temannya satu per satu meminta persetujuan.
"Buat kamu, apa yang engga si Rin?" ujar Erick mantap yang diikuti sorakan dari semua teman-temannya.
Ririn senang. Terlihat dari senyum manisnya.

"Waduh, perut ku uda keroncongan ni, Cari makan youk," ajak Stephan yang terlihat sedang memegangi perutnya.
"Akh, kamu ini tukang makan saja," ujar Esther ribut.
"Iya, kita aja belum ada yang lapar, masa kamu sendiri kelaparan, padahal kita sama-sama makan tadi siang." Ujar Echi menimpali.
"Ayouklah, keburu sakit perutku ntar,"
"Ayouklah, teman. Apa g kasihan liat teman kita meringis kesakitan?" ujar Ririn yang iba melihat nasib temannya.
"Ga laper, Rin." Echi menolak.
"Yodahlah, kita berdua aja, Step, kita makan dimana?"
"Eh, mau kemana nih berdua aja?" selidik Renald.
"Mau makan, habis kalian ga mau diajak makan, kan kasihan Stephan."
"Akut ikut ya, aku juga lapar ni .." kata Jos beranjak dari tempatnya.
"Eh eh, aku ikut juga deh, ga enak disini ternyata ada bau-bau orang kurus," ujar Erick. Echi cemberut, ia tahu ia baru saja diledek.
"Eh, aku nitip gorengan ya .." pinta Titin yang terdengar agak samar di telinga Stephan (yang kelaparan), tetapi masih terdengar jelas di telinga Ririn.
"Mau makan dimana, Step?"
"Disitu ajalah, tempat yang paling deket. Sumpah, aku uda kelaparan banget. Takutnya maag ku kambuh," ujarnya lagi menambah simpati temannya yang lemah lembut ini (Huekss).

Mereka sudah berada di warung yang tidak besar.
"Kamu kena maag yah? Kenapa ga bilang dari dulu?" tanya Renald.
"Yah, kalian kan ga bertanya, so ngapain bilang-bilang.."
"Ga gitu lho, Step. Sebagai teman, kita ini peduli sama kamu. Koq kamu nya ga peduli.." Ririn berujar lagi.
"Iya, kamu anggap kita sebagai teman gak sih?" tanya Erick .
"Ya pastilah, Rick, tapi kan g mesti aku menambah beban pikiran kalian dengan penyakit ku yang tidak bisa dikompromikan ini,"
"Step, sebagai teman, kita itu mesti saling terbuka, walau hanya hal kecil kayak ini, bahkan ini ga bisa dianggap kecil, ini bisa disebut besar. Karena kalo seandainya kamu kenapa-napa, dan jadi sakit, dan g bisa gabung ma kita-kita lagi, jadi panjang persoalannya. Betul gak?"
"Iya sih. Iya deh, lain kali bakalan ku beberkan hal-hal yang kelihatannya penting buat kalian ketahui."
"Nah, gitu donk, baru jeyscar namanya," ucap Renald dan Erick berbarengan sambil merangkul bahu Stephan.
"Udah deh, g usah lebay gitu. Nih uda q pesanin nasi goreng buat Steph, yang lain pesan sendiri," ucap Ririn sinis.
"Yeeee, pelit amat sih, buat kami mana?"
"Buat kalian? Pesan sendiri aja, tuh di depan!" ujarnya seraya menunjuk ke arah pelayan manis di depan.
"Hahaha, makanya lain kali kalian juga bilang punya penyakit kayak aku.." Steph nyengir kesenangan menambah iri kedua temannya.
"Huhhh!!"
"Ternyata Ririn itu pilih kasih. Baiknya ama Steph doing, ma kita-kita engga." Renald berujar sambil memonyongkan bibirnya, merajuk.
"Yeeee, hari gini merajuk, cape deh!"
"Iya nih, katanya teman, masa' pilih kasih sih!?!?" Erick ikut-ikutan merajuk, menampilkan wajah jeleknya yang makin jelek.
"Weih, cape deh ngurusin dua anak manja ini. Ya udah, mau pesan apa ni?" akhirnya Ririn mengalah juga.
"Hehehe, akhirnya.. apa yah?" Renald dan Erick celingak-celinguk mencari-cari menu yang sedap.
"Cepetan, ntar aku berubah pikiran," ancam Ririn.
"Mie ayam, bos!" ucap Renald cepet.
"Dua, bos!" Erick ngekor, tangannya di taruh seperti hendak memberi hormat pada bendera.
Steph dan Ririn tertawa ngakak melihat tingkah temannya.
"Ga koq, aku cuma bercanda. Mau pesan apa, Rick, Ren?"
"Hehehe, Ririn mesan apa tadi?" Tanya Erick cengar-cengir.
"Aku suka yang goreng-goreng, so aku mesan Mie Goreng."
"Ikutan deh, tapi yang seafood yaaa.." kata Erick.
"Aku tetap mie ayam ya.."
"Oke deh, sebentar ya.." Ririn segera berlalu dari hadapan mereka.
"RIrin ini memang anak yang baik yah .. " Renald bergumam sendiri.
"Ngomong apa barusan?" Erick bertanya.
"Apaan??" Renald mengelak.
"Aku mendengarmu, Ren, aku tahu apa yang kamu ucapkan."
"Ya, au uga," ucap Steph g jelas dengan mulut penuh dengan nasi goreng.
"Apa yang kalian dengar emang?" selidik Renald.
"Otomatis apa yang kamu ucapkan," Erick belagak sok tahu.
"Emang apa yang aku ucapkan?" kali ini Erick bingung mau jawab apa.
"Ah, sudahlah, kamu mengagumi Ririn kan?" sekarang Steph yang ambil alih.
"Husssh, sembarangan."
"Jujur raja deh Ren, kamu kagum kan?"
"Yah, iya deh, siapa emang yang engga kagum ama Ririn? Selain baik hati, ia juga pintar, bersahaja lagi."
"Rajin menabung juga kan?" canda Erick.
"Iya, dia teman yang baik. Sayang yah, kita hanya bisa sebagai temannya saja."
"Weh, jangan gitu Steph, malah kita harusnya bersyukur bisa menjadi temannya." ucap Erick.
"Iya yah,.. Eh, datang juga akhirnya. Enak nih," ucap Stephan sembari memasang mupeng (muka pengen).
"Hush hush, sana sana, enak aja lu, uda dapet bagian eh, minta bagian teman. Jangan tamak, euy!" Erick berusaha menyingkirkan genggaman Steph dari pesanannya.
"Ah, pelit lu!"
"Rasain!"
"Udah deh, jangan berantem melulu. Sekarang mau nyantai nih, jangan bising!" ujar Ririn yang ga mau acara makannya diganggu. Erick dan Stephan masih rebut-rebutan, dalam diam.
Dan Ririn tidak mau ambil pusing, dia ingin menikmati makanannya. Nikmat!

***

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, November 3, 2011

merindumu .. sangat ..

aku merindumu ..

setiap detik ku lalui dengan resah

ingin tahu bagaimana keadaanmu

ingin tahu apakah kamu juga merinduku disana

Ah, betapa jauh kita

Segala perbedaan , mengapa harus memisahkan kita?

Bukankah perbedaan itu indah, seperti keindahan Indonesia?

Ah, aku merindumu

Sangat!

Can you come to me, as soon as possible??

I'm waiting in our special place .. as usual.

Datang kah engkau?

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Wednesday, November 2, 2011

honest

I'm sad.

Feel so sad.

Honestly, I'm crying.

But, let it be.

Que sera, sera .. what ever will be, willl be.

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Tuesday, November 1, 2011

done!

Done!

Terjadilah apa yang Engkau kehendaki.



--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Saturday, October 29, 2011

project #AnakDelMenulis (2/2)

Kuliah di Del itu banyak rasanya.
Pahit, manis, asam, asin, lucu, sedih, jenaka, kocak, segala rasa ada.

Eh btw, pada tahu Del kan? Itu loh kampus yang dekat ama Danau Toba.
Apa??!! Ga tau juga?

Emmhh, baiklah saya jelasin, tapi cuman sedikit yaa, sedikit aja.
Politeknik Informatika Del itu adalah sebuah politeknik asuhan dari Bapak Luhut Panjaitan yang terletak di Laguboti.
Singkat, padat, dan jelas kan?

Nah, sebagai anak Del atau pernah kuliah di Del atau pernah menginjakkan kaki di Del, atau bahkan hanya pernah mendengarnya saja (hohoho ..), tentu saja kita masing-masing punya pengalaman sendiri-sendiri. Lewat project #AnakDelMenulis, penulis ingin kita semua berbagi pengalaman agar kita bisa lebih mengenal Del dan serba serbinya, juga dari sudut pandang yang berbeda.

Tema proyek seperti yang sudah disampaikan sebelumnya yaitu pengalaman yang berhubungan dengan Del.
Format penulisan ditaruh di Mw. Word font Arial 11 spasi 1, maksimal 4 halaman A4.

Di setiap karya, taruh judul, alamat email, dan nama kalian.
Simpan tulisan kalian dengan judul file seperti ini: judultulisan-nama-akuntwitter/akunfacebook/blog

Setelah kamu sudah siap, kirim karya mu ke menulis.buku@gmail.com (lihat ada titik tuh) dengan subjek #AnakDelMenulis [spasi] judul [spasi] nama [spasi] akun twitter/fb. Jangan sampai salah kirim lho!

Nanti, semua hasil karya akan dibukukan dan diterbitkan melalui nulisbuku.com. Mengenai royalti akan dibicarakan secara intern antar sesama penulis.


Jangan ragu-ragu ya, kirim aja, semuanya bakal diterima kok! Puisi, pantun, cerita jenaka, cerpen, semuanya akan dibukukan.

Seru kan??
Apa lagi? Ambil peralatanmu dan mulailah menulis. Sekarang!
 




Note: Disebabkan adanya kesalahan pada blog yang satu, akhirnya aku posting lagi tentang projek #AnakDelManulis agar infonya ga terhilang begitu aja

Harap dimaklumi ya teman-teman.


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Wednesday, October 26, 2011

[writing challenge] FORGIVEN

Aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti ini.
Di saat aku sudah memiliki ikatan yang membelenggu. Di saat aku tidak bisa bergerak bebas. Di saat aku tak dapat menggapainya lagi.

Ia memandangku dengan aneh, tidak, itu hanya pendapatku saja. Tatapannya yang teduh membuatku tahu ia tak pernah berubah. Hanya aku, hanya aku yang berubah, menjadi jelek, busuk, buruk, dan terhina.

Tidak, aku tak akan mau menunjukkan kebusukanku, tidak mau ia tahu bagaimana aku selama ini, tidak mau ia mengasihaniku. Tidak!

Tapi, apa ia begitu bodoh sampai bisa ku tipu dengan segala muslihatku? Tidak. Ia tidak bodoh.
Hanya aku yang bodoh, sangat bodoh, yang berubah jelek seiring berjalannya waktu. Ahh, mati saja aku!



*dibuat untuk [fanpage's writing challenge]
*kalimat pertama alias first line dari FORGIVEN karya Morra Quatro, salah satu finalis longlist API 2011
--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Tanda tanya jenuh


it's the point
the point that make a big wall between you and me
saturated

is it the real?
or just illusion?


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, October 21, 2011

gua gelap

gua ini gelap
tidak ada cahaya yang menyinari

gua ini gelap
aku ingin keluar dari sini
tapi kakiku terikat
tanganku terbelenggu

aku terpojok
aku terhimpit
aku didesak

nafasku tersengal
emosi memuncak
tapi apa daya
aku tak punya tenaga


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, October 20, 2011

Dear You

Dear You,

Aih, kamu marah lagi. Kenapa tidak bisa sehari berlalu tanpa ada yang marah atau tidak enak?
Dan, aku selalu malas jika kamu sudah begini. Aku selalu tak dapat berkata apa-apa , aku selalu salah, tidak pernah benar.

Tentu saja itu tidak benar. Aku pasti pernah benar, tapi kamu tidak pernah mengingatnya. Kamu terlalu fokus akan kesalahanku yang tidak sedikit dan melupakan hal-hal baik dari diriku.

Apakah ada hubungan yang dapat bertahan jika setiap hari selalu ada amarah, emosi atau semacamnya?

Aku ingin tahu itu.

Jika kamu membaca ini, apa tanggapanmu? Mungkin kamu akan marah, kenapa aku harus mempublish ini tanpa memberitahukan kepadamu.

Aku lelah, kamu juga pasti akan capek jika kita begini terus. Berhentilah marah, please. Kemarahan tidak dapat menyelesaikan permasalahan, baik dahulu, maupun sekarang.

Love,

--
Me


http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Tuesday, October 18, 2011

Lonely

Ku tolehkan kepalaku ke kanan, tidak ada suara. Ku tolehkan ke kiri, tidak ada tapak kaki.
Kedua ujung lorong ini sepi.
Aku sendirian. Di tengah-tengah persimpangan.
Where is everybody?

I feel alone. Lonely.
No body can hear my voice.
No body could understand me.
No body can help me.

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, October 14, 2011

rasanya dilupakan

Bagaimana rasanya dilupakan?
Bagaimana rasanya ketika tak ada seorang pun yang mengingatmu?

Sakit
Pedih
Perih
Kecewa
dan segala macam rasa sakit ada disana

Bagaimana aku tahu?
Aku pernah merasakannya.

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, October 13, 2011

You Can Do It

You Can Do It


You
Yes, You
Afraid, Don't be
You  Can Do It
Of course You can

You aren't the first to fall
Everyone, no matter how successful
They had suffers pain, loss,
and disappointment

And no road to a dream is
smooth or paved in gold
But some qualities separate
the winners from the losers
The winners may not be smarter
or more talented,
but they have faith that
great things are ahead.
They stay calm when the
tempest beats at their shore
They know that storms never last long,
and they don't let their dreams dissolve
beneath a bit of rain.



So, what you waiting for?
Don't give up!
You can do it!

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, October 7, 2011

I love U

semakin hari
ia bertumbuh
semakin besar


I love you

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, September 30, 2011

BOOK YOUR BLOG!!


















Pernah gak kamu kepikiran mau bukukan blog kamu?!
Pernah? Pernahkah? Ga pernah?! Masa' sih? Bohong ah.

Yah, sebelumnya aku juga ga pernah sih mikir bakal bukukan blog aku.
Tapi lewat lomba yang diadakan sama Leutikaprio, timbullah pemikiran
itu di kepalaku. :lampu:

Lalu, kalau blognya sudah dibukukan, what Next? #sokmikir
Yah, satu yang paling menonjol adalah blog kita akan dibaca banyak
orang .. Yah, ga usah muluk-muluk, karya kita dibaca orang aja uda
buat hati kita senang. Begitu kan? Gapapa kali kalau kita ga terkenal,
asal karya kita terkenal, begitu kan? (-->> sok banget ya?)
Hahaha, ga gitu juga. Istilahnya kita ga boleh sombong (Emang nyambung gitu?).

Dan, yang kedua nih, setelah yang pertama tadi, kita bakal dapat uang
saku tambahan lho!
Senang gak? Otomatis dong!
Pasti senang kan? Ini memang bukanlah prioritas, makanya dibuat di
nomor dua. Kalau ini yang paling utama yah uda dibuat di nomor satu.
Betul begitu? Betul .. betul .. betul ..!!

Apa lagi ya?
Apa ya? #mikirlagi

#mikirlebihkeraslagi

Selain karya dikenal, dapet duit, apa lagi coba?

Nah, kita semakin termotivasi lagi buat mengasah kemampuan menulis. Bagus Gak?
Bagus dong!
Keahlian menulis kita semakin diasah semakin tajam, semakin baik..
Nah, akhirnya jadi lah kita jadi penulis yang baik - yang menghasilkan
karya-karya yang baik untuk Indonesia.
Merdeka!! *pakeikatkepala*

Jadi, teman-teman, jangan ambil pusing, nikmatin aja selagi bisa.
Nikmatin aja menulis selagi masih ada niat.
Selagi masih ada kesempatan!

Selamat berkarya!


-- #bookyourblog http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Wednesday, September 21, 2011

Kapal pengharapanku

Aku membangun sebuah kapal. Kapal ku bangun dengan sangat baik dan kokoh agar ia mampu menghadang badai yang menyerang.
 
Aku sedang menikmati perjalananku dengan kapal yang ku bangun. Kapal menjadi pengharapanku. Langit sedang cerah. Angin masih berhembus dengan baik. Aku tidak takut apa-apa. Aku tahu kapalku kuat.

Dalam beberapa saat, aku merasakan hembusan angin semakin kencang. Langit mulai meredup. Aku tidak terlalu takut, aku memiliki kapal yang tangguh.

Angin semakin kencang. Gelombang semakin besar. Badai menghadang. Kapalku mulai menunjukkan kelemahannya. Kapalku kalah. Aku berusaha membuatnya kuat, membuang semua muatan-muatan yang tidak perlu, melebarkan layarnya. Tapi tidak. Usahaku tidak berhasil. Badai telah memorak-morandakan kapalku. Kapalku hancur berkeping-keping. Aku terapung-apung di lautan. sendirian. Tak ada siapapun. Tidak ada satupun. Tidak ada!

Selamatkah aku? Sanggup kah aku bertahan hidup? Kapal ku, pengharapanku hancur. Dengan apakah aku dapat bertahan?

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

aku tak ingin berkata apa-apa

aku tak ingin berkata apa-apa
hanya biarkan aku duduk disini
menatap asa yang kian menipis
menatap angan yang kian mengabur

aku tak ingin berkata apa-apa
hanya biarkan aku duduk disini
menikmati sepi yang menggigil
menyesap hening yang dingin

aku tak ingin berkata apa-apa
hanya biarkan aku duduk disini
bersama sepi yang kian melingkupi
bersama kelam yang suram

aku tak ingin berkata apa-apa lagi
hanya biarkan aku duduk disini

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Tuesday, September 13, 2011

ketika hati sedang galau

ketika hati sedang galau
pikiran terasa risau
oh, kakanda, dimanakah berada?
adinda ingin menyapa

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Wednesday, September 7, 2011

sesak

sesak
ketika aku tak dapat menghubungimu
ketika aku tak mau menghubungimu
ketika aku sadar aku tak cukup berani menghubungimu


sesak
ketika aku tahu aku cukup keras kepala
ketika aku tahu aku terlalu egois terhadapmu


sesak
sungguh
maafkanku

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

hold my hand

Just hold my hand
like before
and everything will be okay
would you?

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, September 2, 2011

entahlah

kekanakan
atau memang kanak-kanak?

sulit membedakannya
dan tak tahu bagaimana harus bertindak

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, September 1, 2011

tentang kita

bukan ingin ku berbagi haru

takdir telah ditulis atas kesediaan masing-masing

ku ajak kau yang menemani

bukan tuk bermain bersama perih

sejenak, kita lapangkan sesak yang sedari tadi tumpat

 

terlalu erat kita berpegang

aku semakin tak ingin merenggang

 

segeralah menjauh

sebelum kau kembali meradang

tangan ku kian kuat menggenggam

sebelum kau menyatu dalam ku

pergi dan jangan pernah kembali

aku belum mampu memasti


-- Rikson --

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, August 26, 2011

ku ukir namamu

Maaf, tak bisa ku tulis banyak
Tinta habis
Semalam ku goresi langit
Ku ukir namamu

-- Rikson


http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Wednesday, August 10, 2011

Found rather than disappear

You sometimes think you wanna disappear, but all you really want is to be found.

Really nice quote. And I thought, that's true.


I want to be found rather than disappear.
I want to be known, not to be unknown.

Know me
Found me
Before I'm disappear
Before I'm really gone

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Monday, July 25, 2011

pop vs rock

Kita beda aliran
Kamu pop dan aku rock
Akankah pop dan rock bersatu demi kita
Atau kita yang akan besatu demi pop dan rock?

Ini tentang kita
di antara pop dan rock*




*bukan arti sebenarnya
--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Tuesday, July 19, 2011

terkhusus untukmu

tidak apa-apa
semuanya akan baik-baik saja
denganmu
atau tanpamu

pernah kujalani sebelumnya
yakin masih bisa menjalaninya
aku bisa
aku bahagia

terima kasih untuk semuanya
untuk hari-hari yang lampau
untuk setiap kata yang terurai
untuk setiap masa yang terlewati

terima kasih terkhusus untukmu

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Monday, July 18, 2011

.. peran menyiksa ..

aku tak bisa
aku tak kuasa
peran ini menyiksaku
perlahan membunuhku


ternyata aku salah
sakit itu masih terasa
hatiku tak tertipu
dibaluti salju membeku


masih tak kuasa
menutupi kepura-puraan
tetap tak bisa
membohongi kejujuran


rasa itu begitu nyata
kuat mencekam
di hatiku ia ada
mencengkeram begitu dalam


ingin aku pergi
melepasnya dari hati
tapi ia menggenggamku lebih lagi
lebih dalam lagi

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, July 14, 2011

bisakah?

tidak bisakah kita baik-baik saja
layaknya tidak ada masalah
menikmati hari-hari yang indah?

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Wednesday, July 13, 2011

i a

i. a.

mengenalku lebih dari yang aku tahu
tapi tidak mau mengalah
tahu, tapi tidak kenal
mengerti, tapi tidak paham


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, June 30, 2011

ketika patah menjadi arang


ketika patah telah menjadi arang
apa yang akan tinggal?
debu dan ketiadaan

hampa
pun tak mau tinggal diam

ia menyusup di tengah riak-riak hitam
membisu


--



Monday, June 27, 2011

.. menghilang ..

akhir-akhir ini ingin sekali aku menghilang
menghilang dari dunia ini
agar tak ada satu pun yang tahu aku pernah ada di dunia ini

aku menangis
entah apa alasan yang tepat
tapi air mata tak berhenti mengalir
mataku merah
sembab
dan bengkak
memalukan

mengapa harus secengeng ini?

bukankah aku harus kuat?
tetapi rasa ini begitu sedih
menusuk masuk menembus kulit
menusuk tulang

sungguh mengerikan rasa ini
membelenggu
mematikan sistem syaraf

aku berpikir aku kuat,
lihat yang terjadi
aku lemah, tak berdaya
lunglai dan tak bertenaga

cinta itu rumit
tapi ini bukan hanya tentang cinta
lalu tentang apa?
rasa
logika
semuanya bertarung untuk membuktikan siapa yang terhebat

lihatlah
air mata tak berhenti mengalir
rengekan berusaha untuk tetap terdengar
sesenggukan pun tak mau kalah

oh tidak
hentikan rasa ini
lebih baik aku mati rasa
daripada merasakan semua kesakitan ini
sedih
ditinggalkan
sendirian
kedinginan
dan akhirnya mati
tanpa diketahui orang lain


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, June 23, 2011

all is well

"sometimes you must let something happen .. although you feel sad, but it no need to worry, finally all is well in the end."


Writing Session Club: Hitam

Writing Session Club: Hitam:

Oleh: Ririn @ririntagalu http://ririntagalu.wordpress.com


Kartu-kartu itu menatapku. Menusuk, kejam, hitam. Ketakutan menyergapku.

Kata Mbah Oneng, sang pemilik kartu tarot, kartu hitam itu pertanda buruk.

Aku berpikir keras.
Apa yang akan terjadi? Ada apa denganku?
Atau mungkin dengan orang-orang yang aku sayang?

Ku tatap mata Mbah Oneng, merah, menahan amarah.
Aku tak tahu ia menaruh amarah pada siapa, tak berani bertanya.

Aku baru mengenalnya sepuluh menit yang lalu, secara tidak sengaja, ketika rasa keingintahuanku menjebakku dalam ruang remang di sudut gedung festival ini.

Kesendirian menguasaiku hingga aku tak kuasa menolak ketika melangkahkan kaki memasuki ruang kecil remang milik Mbah Oneng.

Kartu hitam bergambar burung hantu menatapku. Menusuk, hitam.

"Kematian." ucapnya pelan, namun mematikan.
"Siapa yang akan meninggal?" tanyaku, suaraku yang gugup tidak menutupi ketakutanku.
Mbah Oneng menggeleng.
Aku tahu, bahkan peramal pun tidak dapat meramal dengan tepat. Toh mereka juga manusia.

"Neva.." sebuah suara yang tak asing menyelamatkanku dari kekelaman.
Aku berbalik, sebuah senyuman getir milik pria tampan menyambutku.
"Mengapa berada disini? Mari berkumpul di aula.." ucapnya lalu menarik tanganku.

Tanpa permisi, kami berdua sudah berada di luar ruang remang milik Mbah Oneng.
"Berhati-hatilah, nona manis.." sayup-sayup ku dengar suara itu. Semakin menyeramkan.

"Mengapa berada disana? Sendirian lagi." ucap Leo penuh perhatian. Agar engkau tahu, ia adalah pacar ku.
"Maaf, tadi aku mencarimu, dan tak sengaja masuk ke dalam .." ucapku tidak sepenuhnya berbohong.
"Ya sudah. Apa yang ia katakan tadi?" tanyanya menyelidik.
Ku bayangkan kartu tarot hitam itu. Kembali kengerian menghampiriku.
"Tidak ada." aku menggeleng.
"Katakan, Neva, katakan padaku.." tanyanya tak sabar.
"Kematian .." ucapku perlahan.
Leo terdiam singkat, namun dapat memberi kesan seram bagiku.
"Oh, tidak apa-apa. Ia sering mengatakannya kepada setiap orang.." senyumnya menutupi kebohongannya, aku tahu.
"Semuanya akan baik-baik saja.." ucapnya menenangkan, tapi tetap saja, hatiku tak bisa tenang. Ketakutan, kepenasaranku bergerumuh di dada.
Segera kami memasuki aula. Keramaian ini terasa asing bagiku. Orang-orang asing seakan menatapku dalam hingga ke tulang.
Genggamanku semakin erat pada Leo, seakan aku takut terpisahkan darinya.
Ia mengerti, ia merangkulku, membuatku merasa nyaman, sedikit.

Kartu tarot hitam menatapku, dalam bayanganku semuanya tampak jelas. Kematian ada disini, di depan mataku. Tapi, dimana?

"BoooM!!!!" suara keras menggemparkan. Gedung terasa mau roboh. Orang-orang pada panik, berlarian kesana kemari tak tentu arah.
Aku menunduk. Leo berusaha melindungiku.
Lalu, sepersekian menit kemudian, suara ricuh itu mulai menenang. Aku masih tak dapat membuka mata, berada di bawah lindungan kekasihku.
"Kamu tak apa, Sayang?" ucapnya lembut di telingaku.
Ia bangkit dan membantuku berdiri.
Aku menggeleng. Ketakutan masih melinngkupiku.
"Ada bom.." sayup-sayup ku dengar suara itu.
"Sepertinya ada bom yang meledak, dari arah luar aula." kata Leo tegas.
"Antarkan aku kesana.." ucapku.
"Tidak, tidak baik buatmu,"
"Antarkan aku kesana!" ucapku keras, tak mau mengalah. Ia tak akan berani menolak permintaanku.
Dengan sigap gagah, ia memapah aku kesana.
"Arah ruang Mbah Oneng.." suara Leo di telingaku.
Aku semakin bergegas kesana, Leo berusaha menyamakan langkah kami.
Orang-orang berkerumun.
Seonggok tubuh terkapar di lantai.
"Mbah Oneng!" teriakku.
Air mata menetes perlahan dari pelupuk mataku. Mengapa dia? Aku bahkan baru mengenalnya.

Kartu tarot bergambar burung hantu hitam, berada di samping tangannya, menghadap kepada Mbah Oneng.
Menyeramkan.
"Demi nona manis .." tulisan di samping kartu itu.
Aku mengejang.

.. rumah ..

rumah bukan lagi rumah
ketika engkau tidak ada niat untuk kembali kepadanya

rumah tidak bisa disebut sebagai rumah
ketika engkau lebih memilih menghilang dibanding berada di rumah

rumah bukanlah sebuah rumah
ketika engkau tidak lagi merasakan keharmonisan di dalamnya

rumah tidak layak disebut sebagai rumah
ketika engkau tidak merasa nyaman di rumah

rumah bukanlah sebuah rumah
ketika engkau tidak dapat tinggal tenang di dalamnya

rumah ..
aku tidak punya rumah


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Writing Session Club: Best of The Night 20 Juni 2011

Writing Session Club: Best of The Night 20 Juni 2011: "Selamat malam teman-teman! Yang menjadi cerita pilihan tema 'Tarot' dari Abi Ardianda adalah... Hitam oleh @ririntagalu Kenapa? Kriteri..."

Wednesday, June 22, 2011

.. menghilang (lagi) ..

akhir-akhir ini aku cengeng sekali
pagi ini rasanya aku sedih sekali
dan saat ini ingin rasanya aku menangis
menumpahkan kesedihan yang miris

ingin aku menghilang
agar dunia tidak tahu aku pernah ada
ingin aku menghilang
membaur bersama waktu yang menghilang

aku menghilang


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Monday, June 20, 2011

tanpa hadirmu

terasa sepi tanpa kehadiranmu..
sampai kapan ku harus menunggumu ..
di setiap waktuku selalu terbayang raut wajahmu ..
pernahkah engkau disana sejenak mengingat aku walau hanya seperti angin yang berlalu ..

--
Aguy  a.k.a  Lala

Friday, June 17, 2011

.. pergilah ..

Pergilah
Aku tak ingin harapan kosongmu

Pergilah
bawa serta harapan dan janji-janjimu
Aku tak butuh
tinggalkan aku

aku tertipu
keinginan membahana di dada
membuatmu cintai aku
tapi ku tak bisa

cinta ini bukan untukku
juga bukan untukmu
lebih baik berpisah,
daripada sakit yang terasa

pergilah
jalani jalanmu
berbahagialah
akan ku jalani jalanku

tinggalkanlah aku
sendiri disini bersama sepi


--


*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, June 10, 2011

tak pantas

kamu marah ?
kesal ?
dan kecewa ?
maaf, ini salahku

pergilah dariku
lupakan saja aku
tinggalkan saja aku
aku tak pantas untukmu

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

susah katakan


aku susah untuk katakan cinta
mungkin karena aku tak cinta
jikapun aku cinta, itu tetap akan sama saja
aku susah untuk mengungkapkan cinta


it's me ..
inilah diriku dengan segala keterbatasanku

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, June 3, 2011

bodoh

Aku memaki diriku sendiri.
Air mata itu menetes, satu. lalu menjadi dua.
Mengapa aku tak membiarkan ia merelakan aku pergi?
Mengapa aku memohon agar aku tidak dibiarkan pergi?

Bodoh. Atau terlalu berperasaan tidak membiarkannya merasakan sakit?
Bukankah lebih sakit nantinya jika aku berpura-pura?

--

http://about.me/ririn

Wednesday, May 25, 2011

menjaga hati

aku belajar untuk menjaga hatiku,
tidak memberikan hak akses seratus persen padamu.
 
karena aku takut aku jatuh
terjerembap tanpa ku sadari.

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Tuesday, May 10, 2011

rapuh

Rapuh ..

Bagaikan pohon yang kering kekurangan air
demikian diri ini tanpa ada kamu di sisi

dirimu bagaikan air dalam hidupku
yang membuat hidupku menjadi penuh arti

--Ridwan


Monday, May 9, 2011

dekapan terakhir

"Aku minta maaf, La" kata lelaki itu tanpa memandang ke arahku. Wanita macam apa aku ini, hingga ia tak sudi memandangku? Aku mendengus.
"Aku memang salah, aku tahu.."
Ingin aku berlalu dari tempat itu, tapi hatiku menolak, ada sesuatu yang ingin kuketahui dari lelaki yang tak tahu malu ini.
"Aku pengecut, aku bodoh, aku biadab.." ujarnya lagi, masih menunduk.
"Lalu, apa yang kamu inginkan dariku? Tidak cukupkah mempermainkan hatiku yang tidak seberapa ini?" tanya ku ketus.
"Iya, pukul saja aku, maki aku sesukamu, aku pantas menerima itu" ucapnya, memegang kedua tanganku dan membenturkannya di dadanya.
Aku lemah, ingin aku menghujamnya dengan kata-kata terkejam yang bisa ku rangkai, ingin aku memukulnya, menendangnya sekuat yang aku bisa.
Tapi tidak. Ia telah mengaduk-aduk hatiku selama sebulan ini. Membuatku bahagia, merasa dicintai, tersanjung, tertawa, kangen, semua perasaan itu sudah berlalu-lalang di hatiku. Karena dia, karena lelaki pengecut ini.
"Aku membuatmu menjadi pelampiasan perasaanku, tapi aku tahu aku tidak bisa melupakannya .." ungkapnya jujur. Mengapa ia jadi lesu lunglai begini?
Menyedihkan melihatnya hancur karena wanita lain. Mengapa bukan aku yang dicintainya? Kebersamaan yang kami lalui selama sebulan ini tidak dapat menghilangkan bayangan wanita itu dari pikirannya?
"Maafkan aku, kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Aku tak bisa menyakitimu lagi, lebih lama lagi. Aku .." kata-katanya mengambang di udara, telunjuknya dengan lincah merayap ke pipiku, mengucapnya lembut.
"Jangan menangis, La. Aku tak pantas di tangisi, La."
Ingin aku mengatakan aku tak menangisi dirinya, tapi menyesali kebodohanku memercayainya sepenuh hati, memberikan apa yang kupunya untuk dia , yang tersakiti. Sakit. Perih.
Tak ada isakan. Hanya air yang mengalir tanda diperintah.
Aku hanya diam, menggerakkan bibir pun aku tak sanggup lagi.
Ia merengkuhku, merangkul dalam pelukan hangatnya.
Inilah saatnya. Perpisahan itu begitu sakit. Ngilu.
Dekapan perpisahan. Terakhir. Dan ia pun berlalu. Menginggalkan aku yang sendu dalam pilu.
--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Monday, April 25, 2011

takut jatuh

aku takut jatuh
takut jatuh cinta pada orang yang salah.
yg sifat-sifatnya tidak dapat ku gapai
yang sifat2nya tidak dapat ku mengerti

aku takut jatuh
takut jatuh cinta pada orang yang salah
yang pemikirannya tidak dapat ku sentuh
yang pemikirannya berlawanan denganku.

aku takut
lagi lagi aku takut

ingin ku sudahi semua ini
tapi aku terlalu naif
aku sudah jatuh
terlanjur jatuh cinta pada orang yang salah

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Wednesday, April 20, 2011

tetap saja suram

tidak menarik
hanya gemerlap
tidak ada yang cantik
semuanya tampak gelap

walau ada cahaya
tetap saja suram
walau ada suka
tetap saja kusam

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, April 15, 2011

kecewa

kecewa
itu yang kurasa
ketika aku berjalan sendiri
tanpa ada yang menemani

kecewa
lagi lagi kecewa
ia temanmu
sekaligus bukan teman bagimu
ia tidak pernah menjadi temanmu

lebih baik jangan berharap apa-apa padanya
karena ia tak layak
karena ia tak pantas
karena ia membuat kecewa

kecewa
masih kecewa
ketika masih melangkah sendiri
tanpa ada yang menemani

Thursday, April 14, 2011

masa lalu pergilah

ingin aku kembali padamu

tapi pintu tertutup sudah

aku tak kuasa membuka pintu

masa lalu pergilah

tinggalkan aku

Friday, April 8, 2011

hatiku olehmu

perih .
tercabik-cabik .
basah .
menangis .

Hatiku

oleh mu

Tuesday, April 5, 2011

mengenal cinta

"kamu tidak mengenal cinta sebaik aku mengenalnya .." ungkap hatiku di balik diammu.