Ririn's Page

Thursday, June 30, 2011

ketika patah menjadi arang


ketika patah telah menjadi arang
apa yang akan tinggal?
debu dan ketiadaan

hampa
pun tak mau tinggal diam

ia menyusup di tengah riak-riak hitam
membisu


--



Monday, June 27, 2011

.. menghilang ..

akhir-akhir ini ingin sekali aku menghilang
menghilang dari dunia ini
agar tak ada satu pun yang tahu aku pernah ada di dunia ini

aku menangis
entah apa alasan yang tepat
tapi air mata tak berhenti mengalir
mataku merah
sembab
dan bengkak
memalukan

mengapa harus secengeng ini?

bukankah aku harus kuat?
tetapi rasa ini begitu sedih
menusuk masuk menembus kulit
menusuk tulang

sungguh mengerikan rasa ini
membelenggu
mematikan sistem syaraf

aku berpikir aku kuat,
lihat yang terjadi
aku lemah, tak berdaya
lunglai dan tak bertenaga

cinta itu rumit
tapi ini bukan hanya tentang cinta
lalu tentang apa?
rasa
logika
semuanya bertarung untuk membuktikan siapa yang terhebat

lihatlah
air mata tak berhenti mengalir
rengekan berusaha untuk tetap terdengar
sesenggukan pun tak mau kalah

oh tidak
hentikan rasa ini
lebih baik aku mati rasa
daripada merasakan semua kesakitan ini
sedih
ditinggalkan
sendirian
kedinginan
dan akhirnya mati
tanpa diketahui orang lain


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Thursday, June 23, 2011

all is well

"sometimes you must let something happen .. although you feel sad, but it no need to worry, finally all is well in the end."


Writing Session Club: Hitam

Writing Session Club: Hitam:

Oleh: Ririn @ririntagalu http://ririntagalu.wordpress.com


Kartu-kartu itu menatapku. Menusuk, kejam, hitam. Ketakutan menyergapku.

Kata Mbah Oneng, sang pemilik kartu tarot, kartu hitam itu pertanda buruk.

Aku berpikir keras.
Apa yang akan terjadi? Ada apa denganku?
Atau mungkin dengan orang-orang yang aku sayang?

Ku tatap mata Mbah Oneng, merah, menahan amarah.
Aku tak tahu ia menaruh amarah pada siapa, tak berani bertanya.

Aku baru mengenalnya sepuluh menit yang lalu, secara tidak sengaja, ketika rasa keingintahuanku menjebakku dalam ruang remang di sudut gedung festival ini.

Kesendirian menguasaiku hingga aku tak kuasa menolak ketika melangkahkan kaki memasuki ruang kecil remang milik Mbah Oneng.

Kartu hitam bergambar burung hantu menatapku. Menusuk, hitam.

"Kematian." ucapnya pelan, namun mematikan.
"Siapa yang akan meninggal?" tanyaku, suaraku yang gugup tidak menutupi ketakutanku.
Mbah Oneng menggeleng.
Aku tahu, bahkan peramal pun tidak dapat meramal dengan tepat. Toh mereka juga manusia.

"Neva.." sebuah suara yang tak asing menyelamatkanku dari kekelaman.
Aku berbalik, sebuah senyuman getir milik pria tampan menyambutku.
"Mengapa berada disini? Mari berkumpul di aula.." ucapnya lalu menarik tanganku.

Tanpa permisi, kami berdua sudah berada di luar ruang remang milik Mbah Oneng.
"Berhati-hatilah, nona manis.." sayup-sayup ku dengar suara itu. Semakin menyeramkan.

"Mengapa berada disana? Sendirian lagi." ucap Leo penuh perhatian. Agar engkau tahu, ia adalah pacar ku.
"Maaf, tadi aku mencarimu, dan tak sengaja masuk ke dalam .." ucapku tidak sepenuhnya berbohong.
"Ya sudah. Apa yang ia katakan tadi?" tanyanya menyelidik.
Ku bayangkan kartu tarot hitam itu. Kembali kengerian menghampiriku.
"Tidak ada." aku menggeleng.
"Katakan, Neva, katakan padaku.." tanyanya tak sabar.
"Kematian .." ucapku perlahan.
Leo terdiam singkat, namun dapat memberi kesan seram bagiku.
"Oh, tidak apa-apa. Ia sering mengatakannya kepada setiap orang.." senyumnya menutupi kebohongannya, aku tahu.
"Semuanya akan baik-baik saja.." ucapnya menenangkan, tapi tetap saja, hatiku tak bisa tenang. Ketakutan, kepenasaranku bergerumuh di dada.
Segera kami memasuki aula. Keramaian ini terasa asing bagiku. Orang-orang asing seakan menatapku dalam hingga ke tulang.
Genggamanku semakin erat pada Leo, seakan aku takut terpisahkan darinya.
Ia mengerti, ia merangkulku, membuatku merasa nyaman, sedikit.

Kartu tarot hitam menatapku, dalam bayanganku semuanya tampak jelas. Kematian ada disini, di depan mataku. Tapi, dimana?

"BoooM!!!!" suara keras menggemparkan. Gedung terasa mau roboh. Orang-orang pada panik, berlarian kesana kemari tak tentu arah.
Aku menunduk. Leo berusaha melindungiku.
Lalu, sepersekian menit kemudian, suara ricuh itu mulai menenang. Aku masih tak dapat membuka mata, berada di bawah lindungan kekasihku.
"Kamu tak apa, Sayang?" ucapnya lembut di telingaku.
Ia bangkit dan membantuku berdiri.
Aku menggeleng. Ketakutan masih melinngkupiku.
"Ada bom.." sayup-sayup ku dengar suara itu.
"Sepertinya ada bom yang meledak, dari arah luar aula." kata Leo tegas.
"Antarkan aku kesana.." ucapku.
"Tidak, tidak baik buatmu,"
"Antarkan aku kesana!" ucapku keras, tak mau mengalah. Ia tak akan berani menolak permintaanku.
Dengan sigap gagah, ia memapah aku kesana.
"Arah ruang Mbah Oneng.." suara Leo di telingaku.
Aku semakin bergegas kesana, Leo berusaha menyamakan langkah kami.
Orang-orang berkerumun.
Seonggok tubuh terkapar di lantai.
"Mbah Oneng!" teriakku.
Air mata menetes perlahan dari pelupuk mataku. Mengapa dia? Aku bahkan baru mengenalnya.

Kartu tarot bergambar burung hantu hitam, berada di samping tangannya, menghadap kepada Mbah Oneng.
Menyeramkan.
"Demi nona manis .." tulisan di samping kartu itu.
Aku mengejang.

.. rumah ..

rumah bukan lagi rumah
ketika engkau tidak ada niat untuk kembali kepadanya

rumah tidak bisa disebut sebagai rumah
ketika engkau lebih memilih menghilang dibanding berada di rumah

rumah bukanlah sebuah rumah
ketika engkau tidak lagi merasakan keharmonisan di dalamnya

rumah tidak layak disebut sebagai rumah
ketika engkau tidak merasa nyaman di rumah

rumah bukanlah sebuah rumah
ketika engkau tidak dapat tinggal tenang di dalamnya

rumah ..
aku tidak punya rumah


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Writing Session Club: Best of The Night 20 Juni 2011

Writing Session Club: Best of The Night 20 Juni 2011: "Selamat malam teman-teman! Yang menjadi cerita pilihan tema 'Tarot' dari Abi Ardianda adalah... Hitam oleh @ririntagalu Kenapa? Kriteri..."

Wednesday, June 22, 2011

.. menghilang (lagi) ..

akhir-akhir ini aku cengeng sekali
pagi ini rasanya aku sedih sekali
dan saat ini ingin rasanya aku menangis
menumpahkan kesedihan yang miris

ingin aku menghilang
agar dunia tidak tahu aku pernah ada
ingin aku menghilang
membaur bersama waktu yang menghilang

aku menghilang


--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Monday, June 20, 2011

tanpa hadirmu

terasa sepi tanpa kehadiranmu..
sampai kapan ku harus menunggumu ..
di setiap waktuku selalu terbayang raut wajahmu ..
pernahkah engkau disana sejenak mengingat aku walau hanya seperti angin yang berlalu ..

--
Aguy  a.k.a  Lala

Friday, June 17, 2011

.. pergilah ..

Pergilah
Aku tak ingin harapan kosongmu

Pergilah
bawa serta harapan dan janji-janjimu
Aku tak butuh
tinggalkan aku

aku tertipu
keinginan membahana di dada
membuatmu cintai aku
tapi ku tak bisa

cinta ini bukan untukku
juga bukan untukmu
lebih baik berpisah,
daripada sakit yang terasa

pergilah
jalani jalanmu
berbahagialah
akan ku jalani jalanku

tinggalkanlah aku
sendiri disini bersama sepi


--


*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, June 10, 2011

tak pantas

kamu marah ?
kesal ?
dan kecewa ?
maaf, ini salahku

pergilah dariku
lupakan saja aku
tinggalkan saja aku
aku tak pantas untukmu

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

susah katakan


aku susah untuk katakan cinta
mungkin karena aku tak cinta
jikapun aku cinta, itu tetap akan sama saja
aku susah untuk mengungkapkan cinta


it's me ..
inilah diriku dengan segala keterbatasanku

--

http://about.me/ririn

*•.★.·*†*•. .·*☆.·*†*•

Friday, June 3, 2011

bodoh

Aku memaki diriku sendiri.
Air mata itu menetes, satu. lalu menjadi dua.
Mengapa aku tak membiarkan ia merelakan aku pergi?
Mengapa aku memohon agar aku tidak dibiarkan pergi?

Bodoh. Atau terlalu berperasaan tidak membiarkannya merasakan sakit?
Bukankah lebih sakit nantinya jika aku berpura-pura?

--

http://about.me/ririn