Ririn's Page

Wednesday, January 4, 2017

Resolusi yang serius tanpa main-main, katanya

“Seberapa pentingkah resolusi buatmu?“ Pertanyaan yang dibaca Nora dalam hati membuat dia bungkam. Selama ini, tahun baru memang meninggalkan bekas di hatinya. Mengapa? Karena dia selalu pulang kampoeng; berkumpul bersama keluarga merayakan Natal dan Tahun Baru dan bertemu teman-teman yang sama-sama pulkam (istilah pulang kampoeng) atau yang memang tinggal di kampoeng. Tetapi hanya itu saja, dia tak pernah membuat resolusi seperti yang dilakukan teman-temannya. Bagi Nora, resolusi itu ya bisa dibuat kapan saja, tidak perlu menunggu tahun baru. Tapi sejujurnya, Nora tidak pernah melakukannya.

Tidak pernah setelah tahun dua ribu delapan. Tahun itu, dia membuat resolusi untuk giat belajar demi mendapatkan IP yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Tapi apa daya, niat belajarnya memang rendah, buat resolusi juga percuma. Dia merasa sia-sia, tak mau melakukannya lagi, tak ada guna.
Ketika teman-teman mengetahui, awalnya mereka tidak merasa aneh dengan pendirian Nora, malah mereka berpikir kala itu Nora hanya bercanda. Selama sekian tahun baru yang sudah mereka lewati bersama, Nora tak kunjung berubah, tetap tidak membuat resolusi di tahun baru, teman-teman menjadi geleng-geleng.

“Serius, tidak buat resolusi? Lagi?” Meysa akhirnya berani bertanya langsung padanya. Nora menjawab cepat dengan gelengan disertai senyum manisnya. Mesya geleng-geleng kepala, tidak meyangka Nora seapatis begitu. Apatis mungkin bukan istilah yang paling tepat disandingkan kepada Nora, tetapi kata itulah yang dapat dipikirkan Mesya.
“Apatis?” Nora tidak setuju. “Bukan, Mesyang, tetapi lebih kepada ..” perkataan Nora menggantung, Mesya menunggu. “Aku lupa, jam berapa janji sama kankawan?”
“Jam 4, setengah jam lagi,” Mesya melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
“Berangkat sekarang aja yuk, sudah kangen sama kankawan, biar ga telat juga, takut macet di jalan.”
Mesya ikut saja ketika Nora sudah bangkit berdiri menuju parkiran.

Ketika mereka tiba, Nora kaget sudah ada Kimon bersama seorang gadis yang ia tidak kenal. Mesya segera menjabat kedua orang itu, Nora mengikuti, dengan pertanyaan, “siapa, Ki?”
“Calon istriku,” jawabnya sembari senyum malu-malu; yang merasa disebut senyum dikulum.
“Wah, cepat juga, selamat ya.. Kapan hari baiknya?”
“Iya nih segera, undangannya bakal disebar ko, tenang.”
“Selamat ya..” ucap Nora tulus.
Kemudian teman-teman yang lain mulai berdatangan. Reuni kecil-kecilan ini membuat suasana café tampak lebih ramai. Nora memandang mereka satu per satu. Ia sadar hanya dirinya dan Mesya yang masih sendiri. Itupun Mesya memang baru saja memutuskan hubungan dengan pacarnya karena jarak yang memisahkan; komunikasi menjadi sulit. Mungkin memang tidak jodoh. Jodoh itu pilihan atau sudah ditetapkan? Nora salah fokus.
Nora kelimpungan di tengah cerita-cerita seru teman-temannya, ia undur diri, mencari udara segar. Tidak-tidak, ini bukan tentang resolusi, ujarnya dalam hati. Tetapi suara lain menimpali, tentu ini ada kaitannya dengan resolusi, kau tidak mencapai titik tertentu. Nora menggeleng.
Kau tidak punya pacar!
Kau tidak punya teman lelaki yang dekat!
Kau tidak punya calon suami!
Kenapa berhubungan dengan pasangan? Apa tidak ada hal lain yang ingin dicapai?
Lalu dia menatap Nuri yang akan wisuda tahun depan, S2. Dia menjadi merasa tertinggal. Sudah sejak selesai S1, ia ingin melanjutkan jenjang pendidikannya, tapi sampai saat ini, di masih berada di level yang sama.
Nora menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembusannya dengan cepat, berusaha menghalau kegelisahan yang menyesak. Tapi, tidak berhasil. Mungkin aku harus pulang, ujarnya kemudian.
Tapi ia tak bisa pamit begitu saja, Mesya tidak mengijinkan ia pergi meninggalkan dirinya seorang diri. Terpaksa ia duduk kembali. Saat ini, semua mata mengarah kepadanya, Nora salah tingkah. Ada apa?
“Siapa halletmu?” Pertanyaan Kimon membuat yang lain menjadi ingin tahu.
“Iya, dari dulu ga pernah ku dengar nama halletmu, siapa sih?”
“Pande kali kau merahasiakannya, Noorr..”
Nora geleng-geleng kepala, tak menyangka bakal ditanya beginian. ‘Bukankah mereka semua tahu aku tak punya pacar?’ pikirnya.
“Ndang adong dope, Kawan.”
“Ah, sok kali loh.”
“Iya, ini aja aku bawa halletku, kau masa gitu. Harus kau akuin dia, biar makin langgeng hubungan kalian.“
Nora semakin linglung, ia tidak bisa menjawab.
“Eh, Kimon, karena kita uda kumpul di sini, bolehlah undang kankawan di sini ke pesta nikahanmu nanti..” perhatian terkumpul kepada sepasang kekasih yang tampaknya malu-malu, mungkin pura-pura malu atau memang malu.
‘Thank, you, Mesyang,’ bisik Nora dalam hati.

@@@@@@

Malam itu, Nora tidak dapat tidur. Pikirannya kembali ke masa-masa ia menertawakan resolusi tahun baru milik teman-temannya dulu. Kini ia merasa kalah, tapi ia tak apa; ia cukup berbesar hati.
Ia bangun dari kasur, mengambil buku dari atas meja. Dipandanginya halaman itu. Kosong. Hampa, seperti hatinya saat ini.
Kemudian ia mulai menorehkan kata-kata. Nomor satu. Awalnya sulit, tetapi sampai juga ia di nomor empat. Ia kembali membaca dari atas, merasa ada yang terlewat. Ia bangkit, mendengar suara petasan dari kejauhan. Ia tersenyum, kemudian menuliskan untuk nomor lima. Ada lima poin untuk resolusi tahun baru ini. Ia merasa puas. Kenapa tidak dari dulu aku berbuat begini, pikirnya; ternyata seru juga.
Teleponnya berdering, sebuah nama tampil, teman lama yang tak pernah ia temui lagi. Ia tersenyum kemudian mengangkat panggilan tersebut. Lama ia berbincang, kemudian ia menambah satu poin lagi di nomor enam.
Nora tertawa sendiri. Ia tidak menyangka dapat membuat enam nomor sekaligus. Rasanya tidak baik jika Nora membagikan resolusi yang ia tulis barusan, biarlah dia sendiri yang tahu dan benar-benar berusaha mewujudkannya di tahun yang baru.
Malam itu, Nora dapat tidur pulas.

Reuni yang kecil-kecilan saja dapat mengubah pola pikir seseorang, apalagi yang lebih besar.



###### SEKIAN ######


Ketika menulis ini, jadi teringat sama ayat Ibrani 10:25. Hayo, yang ga tahu isinya silakan dicari tahu.


Tulisan ini dipersembahahkan untuk teman-teman ENZaSuRe.
Dengan tema: Resolusi Tahun Baru
Deadline: 1 Januari 2017 (lagi, telat)



Tulisan dengan tema serupa dapat dibaca di:
Ennitan
Ka Nova
Sumi
Zanna



Selamat Tahun Baru 2017.
Semoga tahun ini lagi penuh berkat.

2 comments: