Bukan, ini bukan cerita tentang perang. Ini cerita tentang sebuah perjuangan. Bukan juga perjuangan seorang ibu, ini perjuangan seorang gadis mendapatkan kisah asmara yang diinginkannya.
Tersebutlah di suatu desa, seorang gadis yang jelita nun manis dan enak dipandang, bernama Anel. Mengapa Anel? Orang tuanya pun tidak dapat menjawab pertanyaan itu dengan lugas. Lugu lugu ganas. What? Maaf, ngawur.
Abaikan.
Banyak pemuda yang jatuh hati kepadanya, tetapi tiada satupun yang berani mendekat. Entah mengapa, para pemuda tersebut merasa tidak sanggup mempersuntingnya, anggapan para tetua desa.
Sampai tiba saatnya, Anel berusia dua puluh dua, baru saja menyelesaikan kuliah sarjana. Ia ingin bekerja atau melanjutkan kuliah esdua, akan tetapi orang tua berkehendak lain; ia sudah seharusnya menikah.
Mengapa? Ia bertanya pada ayah ibu.
Kamu sudah cukup umur, ujar ayahnya.
Bukan tugasmu mencari nafkah, kata ibunya.
Anel mendesah, ia menyesal pulang ke desa setelah wisuda.
Para tetangga yg mendengar berita itu mulai menyodorkan anak/sepupu/kerabat untk bisa mendapatkan hati gadis itu.
Tapi tak ada satupun yang dapat memikatnya.
Hingga pada suatu hari, ia bertemu teman lamanya, bernama Souny. Nama yang aneh saat itu. Souny kerap diledek karena namanya, tetapi ia tetap bangga dengan keunikan namanya yang tanpa makna ganda. Malah tak ada makna yang berarti, aku orang tuanya.
Souny orang yang baik dan jga ramah. Karena teman lama, Anel mudah akrab dengannya.
Tetapi kemudian Souny harus pergi, kembali ke tanah yang jauh, ke kota, melanjutkan pekerjaannya di sana. Tinggallah Anel masih menanti di desa.
Akankah mereka punya kisah?
Cerita malam ini cukup sampai di sini. Besok lanjut lagi.
Sebenarnya ini bukan cerita bersambung, tapi bakal diposting di lebih dari satu postingan. Tunggu kisah selanjutnya.
jadi mana lanjutannya kak? hihihihi
ReplyDelete