http://sebandung.com/wp-content/uploads/2014/02/I-Scream-For-Ice-Cream-Bandung.jpg |
Wednesday, January 21, 2015
Cinta kok diam-diam?
Monday, January 19, 2015
Biji Duku
"Hei, Lu.. Emm, kemana ya..?" Lena membuka jadwal di buku agendanya.
"Nonton lagi yuk kaya' kemarin. Ada film baru lho, kata teman sih bagus, ratingnya delapan.."
"Yah.. Lu.."
"Habis itu kita liat air mancur lagi, habis makan malam. Gimana? Seru pasti kan?"
"Lu.."
"Kenapa?"
"Aku uda ada janji.." Lena menunjuk agendanya, ada tanda merah disana.
"Yahh... " Tolu kecewa.
"Lain kali aja ya Lu, 'kan waktu masih panjang.." Lena menyemangati. "Aku duluan pulang ya. Hati-hati di jalan. Bye, Lu.." kata Lena lagi sambil memberi tepukan lembut di bahu Tolu.
"Bye, Nana.."
Tolu melambaikan tangan di udara yang tidak mendapat balasan, sebab Lena sudah jauh di seberang jalan.
####
"Hei, Nana.. Weekend kemarin gimana? Seru?!" Tolu kembali menyapa Lena di bangkunya.
"Hei, Lu.. Seru dong! Vian ngajak aku ke WaterBoom, main air, habis itu kami main flying fox.. habis itu.."
"Kamu jalan ama Vian?" Tolu serasa bingung, bukankah ia yang selama ini jalan sama Lena?
"Iya.. Oh, iya Lu, kamu belum tahu ya? Sekarang aku pacaran sama Vian, Lu.. Hehehe.." Lena tertawa cekikian.
Tolu serasa linglung.
"Halo, Lena Sayang.." Vian muncul di tengah-tengah mereka.
Tolu memegang dadanya, "Pait banget, Bro!"
####
Biji duku, pait, Bro! |
Monday, January 5, 2015
Untitled v2.0
3-- Untitled v2.0 --
“Mengapa kamu memandangku seperti itu?” seruku ketika aku menangkap ada sesuatu yang aneh berkelabat di matanya.
Ia hanya menarik dan kemudian menghembuskan nafas.
“Mengapa kamu menyukaiku?” tanyanya balik. Aku bergidik.
“Aku tidak menyukaimu,” kilahku.
Dia menggeleng.
“Aku tidak pantas buatmu,” ucapnya lagi membuatku semakin terkejut.
“Apa maksudmu?” mataku memandang tepat ke kedalaman matanya, tapi ia berusaha memandang ke arah lain.
“Aku bukan orang yang tepat untukmu, ” katanya lagi tanpa menjelaskan lebih dalam.
"Tunggu dulu, kamu bilang seperti ini atas dasar apa? Apa kamu mau bilang bahwa aku tidak layak untukmu, apa aku sebegitu tidak menariknya, sehingga kamu segera membatasi diriku untuk tidak punya rasa apa-apa padamu? Ini di luar aku suka padamu atau tidak lho.." dia memandangku dengan tatapan aneh yang tidak dapat aku artikan.
"Perempuan memang selalu begitu, selalu menafsirkan semuanya sesuka hatinya," ujarnya ketus.
"Jadi. pendapatku tadi salah? Uppps, maaf kalau begitu."
"You deserve better than me.."
Pikiranku bekerja dengan keras menemukan apa maksud dari perkataannya. Aku menemukannya. Ia merasa rendah diri. Atau bisa dibilang dengan kata lain bahwa ia merasa aku jauh lebih hebat daripada dirinya. Aku sedih jika dia merasa begitu. Aku tak ada apa-apanya. Mengapa dia merasa aku hebat dan dia sendiri tidak?
Aku menggeleng.
“Sekali lagi ku katakan, aku tidak menyukaimu,” kataku berusaha menampilkan wajah sejujur-jujurnya, dengan tatapan setengah marah. “Lagian, mengapa kamu merasa rendah diri? Kamu hebat, tahu!” kataku berusaha memberi semangat kepadanya.
Sinar matanya belum berubah. Aku menjadi sangat sedih melihatnya.
“Ada apa lagi?” tanyaku.
“Kamu bohong,” ucapnya sedih.
“Tidak, aku jujur.”
“Baiklah, kita anggap kamu tidak menyukaiku, lalu apa yang kita lakukan selama ini?”
'Emang apa yang kita lakukan selama ini?'
“Jangan beranggapan yang tidak-tidak, aku memang tidak menyukaimu,” ku tekankan kembali kepadanya. "We're just friends, a good one."
“Baiklah, baiklah, terserah padamu. Aku harus pergi. Jadwal meeting tinggal sepuluh menit lagi. Sampai ketemu jam pulang nanti.”
Lalu ia sudah beranjak.
Tinggallah aku bersama sekeping hati yang sudah retak.
--
Edited from Untitled.
SprintF7 - Jak, 5 Jan 2015
Note: This version is made because there is a request from a friend, and some words must be changed.