Lena menatap lelaki di hadapannya. "Ya."
"Kenapa?"
"Aku sudah mengganggapmu sebagai abangku sendiri, Rendi."
Basi!
Seharusnya Lena bisa jujur kepada Rendi maupun ke dirinya sendiri; bahwa ia tidak merasakan seperti apa yang dirasakan Rendi atau yang dirasakan oleh orang lain di sekelilingnya. Lena tidak pernah merasakan perasaan spesial di hatinya, perasaan menggelitik di dadanya ketika berhadapan dengan orang lain, atau grogi ketika menuangkan air ke gelas cowo mana saja.
Ya, ia ingat perasaan yang paling menggoncangnya adalah ketika ia presentasi tugas ilmiah di depan Prof. Ngi yang terkenal super duper ganas seperti naga yang lagi PMS - padahal profesor tersebut adalah seorang laki-laki. Selain itu, dia tidak pernah merasakannya lagi. Mungkin ia memang termasuk ke golongan manusia yang tidak dapat merasakan perasaan semacam suka atau cinta (*lihat catatan kaki). Tapi apa benar? Tiada yang tahu, bahkan Lena sendiri pun tidak.
######
Lena terpana, seorang lelaki tampan duduk di sebelahnya. Lelaki itu melihat ke arahnya dan tersadar sesuatu.
"Upps, maaf, aku kira kau temanku," dan tanpa menunggu jawaban ia sudah berlalu.
Lena masih tak percaya lelaki itu berbicara kepadanya. Ia memukul pahanya untuk yakin bahwa itu benar terjadi adanya.
Siapa pun yang berada di posisi Lena saat ini pasti akan sangat senang dengan perlakuan dari lelaki itu. Pasalnya, dia adalah lelaki yang paling dipuja di seantero kampus. Nama kerennnya Benn. Lena tak tahu nama sebenarnya.
Awalnya Lena biasa saja, tidak ada yang spesial dari seorang Benn. Lena tidak seperti teman-temannya yang heboh jika Benn lewat di hadapan mereka.
Tapi Lena berubah sejak negara api menyerang. Eh, maksudnya sejak peristiwa itu, Lena menjadi sering curi-curi pandang ke Benn, pasang senyum semanis mungkin, sembari berusaha mendapatkan perhatian darinya, walaupun hati kecilnya berkata 'tidak mungkin, Len' atau 'jangan bikin malu, Len'. Dan Benn pun lewat begitu saja.
Lena tidak bisa diam saja, ia harus mengambil tindakan. Lena mencari-cari cara. Lena mencari tahu aktivitas Ben sehari-hari. Dan syukurnya, semua orang tahu Benn sering nongkrong di warung Ka Roby setiap sore sehabis kuliah.
"Lapar, gak, My?"
"Enggak," Amy menjawab dengan cepat.
"Aku lapar, makan dulu yok."
"Makan di mana?"
"Di tempat Ka Roby."
Amy sempat berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Yok, sekarang."
Dan Lena senang, ia melihat Benn bersama teman-temannya tertawa-tawa gak jelas. Satu tujuannya tercapai, hari itu ia puas hanya dengan melihat Benn.
Esoknya, Lena rela menghabiskan waktunya di depan kantin berpura-pura mengerjakan tugas kuliah demi dapat melihat Benn yang sedang bermain basket. Lena semakin terpesona. Tubuh Benn yang tinggi bergerak lincah mengiring bola dan mencetak angka. Lena menjadi senyum-senyum sendiri. Amy yang melihatnya tampak curiga.
"Lu, kenapa, Len?" Lena tergugu. "Liatin apa sih?" Amy menaruh perhatiannya kepada segerombol anak yang bermain basket. Lena takut ketahuan, ia pura-pura fokus ke buku yang berada di tangannya.
"Bisa fokus gak, sih Len? Kalau gak bisa, mending pulang aja, lanjut besok.." Amy sedikit kesal.
"Bisa bisa, My, gitu aja ngambek. Ini uda fokus, kok."
Amy menghela nafas panjang dan kembali ke bukunya. Lena bersyukur tidak ketahuan.
######
Lena tampak girang ketika membaca mading (majalah dinding, bos) bahwa tim basket mereka akan ikut di dalam pertandingan basket universitas di kota itu. Dan tampaknya mereka sedang membuka lowongan untuk para penggembira (alias cheerleader - bahasa gaulnya pemandu sorak). Lena tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Segera dia menarik Amy (hanya Amy yang bisa diajak ke mana-mana, kasihan Amy) ke seketariat tim basket. Tanpa perlu tanya ke Amy, Lena sudah mendaftarkan nama mereka berdua. Amy menatapnya tak percaya. Kurang asam! mungkin begitu kata Amy.
Sayangnya, sangking banyaknya yang mendaftar, padahal kuota hanya 14 orang, terpaksa tim basket mengadakan seleksi. Seleksi memang selalu terjadi, tidak hanya di alam, tetapi juga di kehidupan sehari-hari.
Tapi, tidak perlu khawatir, Lena tidak patah semangat, dia malah semakin berapi-api. Dia ingin membuktikan bahwa dia layak menjadi seorang pemandu sorak yang diharapkan. Ia mempelajari segala hal tentang pemandu sorak termasuk mempelajari gerakan-gerakan yang diperlukan.
Hari-hari yang dinanti pun tiba, Amy - yang memang tidak ingin diterima - hanya melompat-lompat tidak jelas. Berbeda dengan Lena yang persiapannya sangat matang, termasuk mengenakan pakaian cheerleader beserta pompom - yang ia beli dari tabungan yang sudah ia simpan selama ini. Seleksi itu sungguh menyita waktu dan tenaga, sampai Lena harus duduk dengan loyo di tangga untuk memulihkan tenaga menunggu hasil yang dinanti-nanti. Walaupun loyo, Lena masih memasang senyum menyaksikan Benn yang sedang bermain basket. Semakin mendekati hari pertandingan, mereka harus lebih rajin latihan.
Tanpa diduga-duga, bola jatuh di dekat Lena. Dengan kebaikan hatinya, ia mengambil bola itu dan melemparnya ke Benn.
"Thanks," ucap Benn yang membuat Lena hampir pingsan.
"Oh jadi dia yang selama ini.." Amy mendapatinya.
Lena terbelalak, tak menyangka Amy bakal sadar. "Pantesann.." Amy geleng-geleng kepala.
"Psstt, jangan bilang siapa-siapa ya, My.."
"Lu kasih apa ke aku?"
"Traktir makan siang deh, gimana?"
"Ogah.."
"Ayolah, My, lu temen yang paling baik. Pleasseeee...."
Lena berlutut di hadapan Amy.
"Seminggu."
"Apa??"
"Lu traktir aku seminggu."
"Baiklah."
"Assseeekk...." Lena segera menghitung sisa tabungan dia yang sudah dia kuras untuk beli perlengkapan cheerleader. Semoga saja ia tidak sia-sia membeli semua perlengkapan itu.
##$$##
Saat yang dinanti-nanti pun tiba. Amy menatap mading itu tak percaya. Lena memasang senyum yang selebar-lebarnya, seakan dia sedang tertawa.
"Kok bisa lulus sih?"
"Ya bisalah, kan kita sepaket. Kalau aku masuk, lu juga."
"Males banget, tahu gak sik?" Amy cemberut dan kabur dari hadapan Lena.
"Itung-itung, lu dapat makan siang gratis dari aku...." teriak Lena mengejar Amy.
######$$######
Amy menatap Lena yang masih asyik memoles bedak di wajahnya.
"Lu ngapain sih? Muka segitu aja dipakein bedak. Ga cocok lu pake bedak..! Ga biasa jugak." Amy memang orang yang blak-blakan, itu yang disukai darinya. Jujur.
"Biar cantik, My. Lu mau aku buatin?"
"Ogah, begini saja sudah cantik. Ga perlu dikasih tepung."
Lena mencibir.
Pertandigan pertama memang membuahkan hasil yang baik. Mereka menang. Tak sia-sia Lena mengeluarkan segala jurus untuk memperdengarkan suaranya memberi semangat pada tim basket. Tapi, kalau mau jujur sih, cheerleader tak memberi pengaruh apa-apa pada semangat para pemain, pada penonton bisa jadi.
"Eh, itu dia.." tunjuk Amy.
Lena menatap Benn, ia terkesima. Walau dengan keringat yang berlebih dan wajah merah kelelahan, Benn tampak tampan di penglihatan Lena. There is something wrong here.
Lena mengangkat tangan ingin memberi ucapan selamat pada Benn, ketika seorang perempuan melewatinya dan memberi pelukan pada Benn. Di depan wajah Lena, seorang perempuan memeluk Benn. Lena tak percaya. Siapa perempuan ini, enak saja dia memeluk Benn?
"Selamat ya...."
"Terima kasih, Chay.." dan Benn mendapat kecupan tipis di pipinya. Lena menganga. Hari apa ini baginya? Menyaksikan pujannya digerogoti oleh penyihir sialan?
"Pacarnya, Len," bisik Amy di telinga Lena.
Lena langsung jatuh lemas, ia tak sanggup berdiri, kakinya tak kuat menopang beban yang baru saja ditumpahkan kepadanya.
Amy turut prihatin. Ia menopang Lena berdiri dan pergi segera dari tempat itu.
"Lu mau minum es teh?" tanya Amy ketika mereka sudah tiba di kantin. Lena hanya bisa menggangguk. Ia masih belum bisa menerima kenyataan yang sudah pahit, beracun pulak.
###### Sekian ######
Sebagai tambahan (info pelengkap), disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta, adalah sbb:
- curious : menjadi kepo, ingin tahu lebih detil tentang orang tsb
---- dari tahap curious bisa menjadi stalker nomor satu sejagat raya (be aware!)
- creative: berusaha mencari cara (yang unik) agar bisa ketemu/sapa tanpa ketahuan sedang ada rasa
- needy : butuh banget untuk tahu kabar terbaru dari si kawan
- confuse: uring-uringan jika keinginannya tidak tercapai; bisa karena tidak bertemu dengan si kawan barang sehari
- .... mungkin ada yang mau ditambahkan?
Kau harus benar-benar jatuh, untuk bisa merasakan cinta ....
Tema kali ini : (jatuh) cinta itu harus benar-benar jatuh..
Deadline : 29 Jan 2017 (come on, bisa tepat waktu, ga Rin? | forgive me)
Yang ngasih ide: Ririn (lagi alay kayaknya)
Tulisan dengan tema yang serupa, dapat dinikmati di bawah ini nih:
- http://ndamanik.blogspot.com
- http://sumiatihutagalung.wordpress.com
- http://borukaro.com
- https://zannasuksess.blogspot.co.id/
- https://estermartablog.wordpress.com
- http://ruthnolita.blogspot.co.id
- https://borunababan.wordpress.com/blog/
Catatan:
Ingin aku membuat cerpen yang keren idenya, tetapi aku sudah mulai kehilangan cerita. Semoga tidak kecewa. Ditunggu komentarnya.
Catatan kaki:
Aku bingung, seandainya ini kisah nyata, kaka yg jatuh cinta atau yg diam-diam disukai. *sihyyy 😊
ReplyDeleteIni ga nyata, Nit. Tapi seandainya saja kisah ini nyata, maka aku yang akan jatuh cinta.. pada dia yang berbaju merah. Tsah.
DeleteSyukurlah, kukira sama si Amy nantinya si Benn ini suka, ternyata tidak, jadi persahabatan Amy dan Lena masih langgeng.
ReplyDeleteTapi emang betul sih, lelaki yang suka main basket itu cakepnya minta ampun.
<3 <3 <3
Ehem.. siapa tuh lelaki suka main basket yang dimaksud? #nyengir
Deleteaku pun senyum senyum bacanya ka. aku berasa Lena itu aku aseekkk ahahaha
ReplyDelete