Benn menyesap kopinya yang masih mengepul. Nikmat yang ia rasakan membuat sebuah senyum tersungging di bibirnya. Pikirannya menerawang ke beberapa tahun silam, ke waktu ia masih muda, masih penuh gairah.
......
Gadis itu berjalan dengan perlahan seolah takut terjatuh di tangga yang sedikit curam. Sepatu yang ia kenakan tidak cocok digunakan untuk tangga yang curam nan licin. Ia menampilkan senyum di bibirnya pertanda tidak ada kekesalan di sana.
"Halo," sapa seseorang di bawah tangga. Senyum gadis itu semakin lebar, menampilkan giginya yang berbaris putih.
"Haloo.." balasnya dengan riang.
"Gimana? Sukses?" tanya seseorang itu lagi.
"Aaarrgh," teriaknya. "Aku diterimaaaaa.."
"Yeayyy..!!!!" Mereka berdua melompat-lompat kegirangan.
"Apa ku bilang, pasti diterima."
"Makan yuk, aku traktir."
"Yukk."
Dan mereka menuju kantin di gedung itu.
"Haloo.." balasnya dengan riang.
"Gimana? Sukses?" tanya seseorang itu lagi.
"Aaarrgh," teriaknya. "Aku diterimaaaaa.."
"Yeayyy..!!!!" Mereka berdua melompat-lompat kegirangan.
"Apa ku bilang, pasti diterima."
"Makan yuk, aku traktir."
"Yukk."
Dan mereka menuju kantin di gedung itu.
Tiba-tiba, Lena menjadi kaku dan berbalik badan.
"Kenapa, Len?" Amy memandang ke arah Lena memandang sebelumnya.
"Gila, lu masih aja begitu? Ini uda sekian tahun berlalu, Len, harusnya uda bisa move on.
"My, kita cari tempat lain aja yuk."
Telat, Ben sudah melangkah ke arah mereka.
Amy yang tidak malu-malu, memberi sapaan padanya, "Hai, Ben.."
Ben tampak terkejut, kemudian memberi senyum. "Hai.. Mmh,.. " dia mencoba mengingat siapa yg menyapanya. Tapi Amy dan Lena tahu, Ben tidak pernah mengingat nama mereka, bahkan tidak pernah tahu.
"Temennya Lena ya?" Amy terpana, bagaimana bisa ia mengetahui nama Lena? Lena yg merasa namanya disebut refleks berbalik. Ia pun sama terkejutnya dengan Amy.
"Eh, Lena?" giliran Ben yg kaget ketika ia sadar Lena ada di hadapannya.
Perasaan canggung ada di antara mereka.
"Aku Amy, " ucap Amy agar mencairkan suasana. "Lagi apa di sini?"
"Mau makan. Kalau kalian? "
"Pas banget, kita juga mau makan. Makan bareng aja.. "
Dalam hati Lena, ini Amy kurang asam bener, uda tau aku grogian, tetap aja dilanjut.
"Kenapa, Len?" Amy memandang ke arah Lena memandang sebelumnya.
"Gila, lu masih aja begitu? Ini uda sekian tahun berlalu, Len, harusnya uda bisa move on.
"My, kita cari tempat lain aja yuk."
Telat, Ben sudah melangkah ke arah mereka.
Amy yang tidak malu-malu, memberi sapaan padanya, "Hai, Ben.."
Ben tampak terkejut, kemudian memberi senyum. "Hai.. Mmh,.. " dia mencoba mengingat siapa yg menyapanya. Tapi Amy dan Lena tahu, Ben tidak pernah mengingat nama mereka, bahkan tidak pernah tahu.
"Temennya Lena ya?" Amy terpana, bagaimana bisa ia mengetahui nama Lena? Lena yg merasa namanya disebut refleks berbalik. Ia pun sama terkejutnya dengan Amy.
"Eh, Lena?" giliran Ben yg kaget ketika ia sadar Lena ada di hadapannya.
Perasaan canggung ada di antara mereka.
"Aku Amy, " ucap Amy agar mencairkan suasana. "Lagi apa di sini?"
"Mau makan. Kalau kalian? "
"Pas banget, kita juga mau makan. Makan bareng aja.. "
Dalam hati Lena, ini Amy kurang asam bener, uda tau aku grogian, tetap aja dilanjut.
"Oh, ide yang bagus, mau makan di mana?" Benn mencari-cari tempat makan yang enak.
Lena dan Amy saling pandang, Amy tersenyum senang, alis matanya naik turun serasa berkata: 'ini kesempatan emas, take it'.
"Gimana kalau di situ aja," Benn menunjuk ke suatu tempat. Amy dan Lena segera menggangguk tanpa perlu memastikan tempat itu menarik atau tidak.
Lena dan Amy saling pandang, Amy tersenyum senang, alis matanya naik turun serasa berkata: 'ini kesempatan emas, take it'.
"Gimana kalau di situ aja," Benn menunjuk ke suatu tempat. Amy dan Lena segera menggangguk tanpa perlu memastikan tempat itu menarik atau tidak.
######
Itulah saat mereka bertukar nomor kontak. Dan hari-hari berikutnya, Ben selalu mengusahakan untuk mereka berdua bisa makan siang bersama. Lena senang, walau dia berusaha mati-matian bersikap biasa aja. Lambat laun tapi pasti, ia beneran bisa bersikap biasa di hadapan Ben.
Kedekatan mereka berlanjut. Kini mereka sudah biasa menghabiskan waktu berdua. #ea
Dan terjalin benang berwarna merah muda di antara mereka.
Dan terjalin benang berwarna merah muda di antara mereka.
######
Benn memberikan sekuntum bunga lili ke Lena, "Happy Valentine, Lena Sayang."
"Wow, makasih, Sayang, happy valentine juga." ujar Lena tanpa memberikan apa-apa.
Ini serius ga ada apa2 buat aku?
Lena tertawa.
Kemudian ia mengambil sesuatu dari tasnya, sebuah bingkisan.
"Apa ini?"
"Bukalah."
Dengan senyum tak lepas dari bibirnya, Ben membukanya.
Dan dia tertawa. Tawa bahagia.
"Basket ball?"
"Ya, aku tau kau suka basket."
"But it was a long time ago. "
"Not too long. You can play again."
Ben tersenyum tipis, "baiklah, Sayang, untukmu aku akan bermain lagi."
Ben melempar bola itu dan menangkapnya kembali.
"Wow, makasih, Sayang, happy valentine juga." ujar Lena tanpa memberikan apa-apa.
Ini serius ga ada apa2 buat aku?
Lena tertawa.
Kemudian ia mengambil sesuatu dari tasnya, sebuah bingkisan.
"Apa ini?"
"Bukalah."
Dengan senyum tak lepas dari bibirnya, Ben membukanya.
Dan dia tertawa. Tawa bahagia.
"Basket ball?"
"Ya, aku tau kau suka basket."
"But it was a long time ago. "
"Not too long. You can play again."
Ben tersenyum tipis, "baiklah, Sayang, untukmu aku akan bermain lagi."
Ben melempar bola itu dan menangkapnya kembali.
"Ada yang ingin kukatakan padamu."
"Apa?" Lena penasaran.
"Apa?" Lena penasaran.
"Kau tahu, aku sudah suka padamu sejak dulu, sejak masih kuliah."
Lena menatapnya tak percaya.
"Bagaimana mungkin?"
"Waktu itu aku memang pengecut, tak berani mendekat. Kata teman-teman, kau pasti sudah ada yang punya. Perempuan secantik kamu. Dan aku tak punya keberanian bertanya lebih detil. " Lena tersanjung.
Lena menatapnya tak percaya.
"Bagaimana mungkin?"
"Waktu itu aku memang pengecut, tak berani mendekat. Kata teman-teman, kau pasti sudah ada yang punya. Perempuan secantik kamu. Dan aku tak punya keberanian bertanya lebih detil. " Lena tersanjung.
"Kau menarik perhatianku, sejak aku duduk di sebelahmu karena salah mengira bahwa kau adalah temanku. Saat itu senyummu luar biasa. Aku terpana. Dan kemudian kau selalu hadir, ketika aku di warung, di ruang kelas, bahkan ketika pertandingan basket. Seharusnya aku mengambil kesempatan itu, tapi aku tak berani.
'Bodoh sekali' pikir Lena.
'Bodoh sekali' pikir Lena.
"Tapi tak apa, kita emang berjodoh, tidak dulu tapi saat ini. Dan aku tidak akan membiarkanmu lolos dari hadapanku lagi," dipegangnya tangan Lena seolah dia tak akan pernah melepasnya lagi.
"Iya, Sayang, terima kasih."
"Iya, Sayang, terima kasih."
............
"Senyum-senyum sendiri kenapa, Pah?" Benn tersadar ketika bahunya dicolek.
"Teringat sesuatu, Mah."
"Apa? Bagi-bagi dong."
Tapi Ben tidak menjawab, ia menggenggam tangan istrinya dan berkata, "aku tidak akan membiarkanmu lolos dari hadapanku lagi."
Istrinya tersipu, pipinya bersemu merah muda.
"Teringat sesuatu, Mah."
"Apa? Bagi-bagi dong."
Tapi Ben tidak menjawab, ia menggenggam tangan istrinya dan berkata, "aku tidak akan membiarkanmu lolos dari hadapanku lagi."
Istrinya tersipu, pipinya bersemu merah muda.
###### Sekian ######
Happy Valentine!
14 Feb 2017
14 Feb 2017