Ririn's Page

Tuesday, June 12, 2012

Menunggu Lampu Hijau

Jam Gadang sudah berdentang 11 kali, sekitar dua puluh menit yang lalu. Sudah pukul 11 siang lewat dua puluh. Itu artinya aku sudah duduk tanpa melakukan apa-apa di depan jam besar nan perkasa ini selama 1 jam. Aku menatap nanar, sekelilingku sedang asyik menikmati makan siang, berfoto atau bersepeda berkeliling.
'Semoga mereka bahagia,' bisikku kepada angin semilir.

Tatapanku kembali mengarah ke Jam Gadang di depanku. Dia tak bergeming. Masih tetap angkuh, seperti sebelumnya.
Aku menarik nafas banyak, seolah udara akan segera habis sebentar lagi. Aku berharap keangkuhan itu segera lenyap.

Aku raba perlahan bagian dadaku. Detik-detik halus di dada menandakan aku masih hidup, dan sebentar lagi harus menunaikan tugas mulia. 'Demi bangsa dan tanah air', batinku.

Debaranku semakin cepat seiring berdetaknya Jam Gadang. Satu jam lagi, kurang dari satu jam lagi, setelah lampu di Jam Gadang menyala hijau. Ya, itu tanda yang harus aku tunggu. Hijau. "Mengapa hijau?" pernah tanyaku.
Jawaban atas pertanyaanku diawali dengan senyuman, lalu suara menyusul, "karena bumi ini hijau."
Aku tidak perlu bertanya apa-apa lagi. Jawaban itu sudah sangat cukup buatku. Mendengarnya, aku ikut tersenyum.

Pandanganku menyapu setiap sudut, setiap jengkal pemandangan di hadapanku, yang kurang lebih berukuran 13 x 4 meter ini*. Semuanya akan selesai. Sebentar lagi.

Sepuluh menit berlalu dengan sangat lambat.
Keringat bercucuran dari punggung.

Sepuluh menit berlalu dengan sangat lambat.
Keringat bercucuran dari dahi.

Sepuluh menit berlalu dengan sangat lambat.
Gemuruh di dadaku tak mampu ku bendung.

Lampu di Jam Gadang sudah menyala hijau. Cantik. Sudah dimulai. Harus aku mulai.
Aku berjalan dengan sangat perlahan. Menapaki jalan kotak-kotak secara menyilang. Seorang badut menghampiriku. Seketika aku menjadi sangat gugup. Ternyata, dia hanya menawarkan foto bersama.
Aku menggeleng lemah. Dia berlalu. Aku menghela nafas, lega.
Aku melanjutkan langkahku, kini lebih mantap.
'Tinggal sedikit lagi,' batinku. Dan aku sudah berada dalam satu langkah dengan Jam Gadang.
Dentang pertama sudah menggema.
Detik-detik di dada semakin cepat. Aku memasrahkan diri. "Semoga aku diterima di sisi-Nya."
Lalu detik-detik itu meledak, tepat ketika aku sudah memeluk Jam Gadang, tepat ketika ia berdentang yang kedua belas kalinya.





*) dari wiki




Tittle: Menunggu Lampu Hijau
Setting : Jam Gadang, Bukit Tinggi
#1 #15HariNgeblogFF2 
337 words

2 comments: